Makalah Psikolinguistik Pemerolehan Bahasa Pertama dan Kedua


PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA DAN KEDUA

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu : Agoes Hendriyanto, M.Pd.


DISUSUN OLEH:

Inten Tri P.
Renggi Andika Putra
Rita Nur Wulan Ndari
Winarsih


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP PGRI PACITAN
2014




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Dalam kehidupan setiap orang tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama kali seorang anak memperoleh bahasa yang didengarkan langsung dari sang ibu sewaktu anak tersebut terlahir ke dunia ini. Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring pertumbuhan si anak maka ia akan memperoleh bahasa selain bahasa yang diajarkan ibunya itu baik bahasa kedua, ketiga ataupun seterusnya yang disebut dengan akuisisi bahasa (language acquisition) tergantung dengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut melalui proses pembelajaran.

Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (Bayi). Seorang bayi hanya akan merespon ujaran ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibunya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut.

Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan perkataan lain setiap anak yang normal atau pertumbuhan yang wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupan di dunia ini. Walaupun tidak disangkal adanya kekecualian misalnya secara fisiologis (tuli) ataupun alasan-alasan lain. Peranan Pemerolehan Bahasa Pertama merupakan sesuatu yang negative terhadap Pemerolehan Bahasa Kedua. Dengan perkataan lain, Pemerolehan Bahasa Pertama mendapat angina untuk turut campur tangan dalam belajar Pemerolehan Bahasa Kedua, seperti adanya ciri-ciri Pemerolehan Bahasa Pertama yang ditransfer ke dalam Pemerolehan Bahasa Kedua.

Dari latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:



B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemerolehan bahasa pertama?
2.      Bagaimana pemerolehan bahasa kedua?
3.      Bagaimana tahapan pemerolehan bahasa ?
C. Manfaat dan Tujuan
  1. Memberikan pemaparan mengenai pemerolehan bahasa pertama.
  2. Memberikan pemaparan mengenai pemerolehan bahasa kedua.
  3. Memberikan pemaparan tahap pemerolehan bahasa pertama dan kedua.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuisisi Bahasa (Pemerolehan Bahasa)
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka serta pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal, belajar menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa yang ada disekitarnya  bahasa manapun yang mereka terima secara penuh selama masa kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa suara. Proses belajar ini dikenal dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak seperti pembelajaran lainnya ia tidak membutuhkan pembelajaran langsung atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan, "keinginan insting untuk memperoleh suatu seni".
Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan tertentu diantara bayi yang berkembang secara normal. Sejak lahir, bayi merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara lainnya. Sekitar umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai mengoceh, menghasilkan suara bicara dari bahasa yang digunakan disekitarnya. Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan; rata-rata perbendaharaan kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata. Pengucapan pertama anak adalah berbentuk Holofrase (secara harfiah "keseluruhan kalimat"), pengucapan yang hanya menggunakan satu kata untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa bulan setelah anak menghasilkan kata-kata, ia akan menghasilkan pengucapan dengan dua kata, dan dalam beberapa bulan lebih mulai berbicara telegrafis, kalimat singkat yang kurang kompleks secara tatabahasa daripada orang dewasa bicara, tetapi memperlihatkan struktur sintaks reguler. Pada umur tiga sampai lima tahun, kemampuan anak untuk berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa dewasa.

B. Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat. Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh prinsip atau falsafah ‘jadilah orang lain dengan sedikit perbedaan’, ataupun ‘dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan di dalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri’.
Sejak dini bayi telah berinteraksi di dalam lingkungan sosialnya. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Kala itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi, bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa.
Melalui bahasa khusus bahasa pertama (B1), seorang anak belajar untuk menjadi anggota masyarakat. B1 menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendirian, dalam bentuk-bentuk bahasa yang dianggap ada. Ia belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk yang tidak dapat diterima anggota masyarakatnya, ia tidak selalu boleh mengungkapkan perasaannya secara gamblang.
Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuknya benar atau gramatikal, belum berarti bahwa ia telah menguasai B1. Agar seorang anak dapat dianggap telah menguasai B1 ada beberapa unsur yang penting yang berkaitan dengan perkembangan jiwa dan kognitif anak itu. Perkembangan nosi-nosi (notion) atau pemahaman seperti waktu, ruang, modalitas, sebab akibat, dan deiktis merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kognitif penguasaan B1 seorang anak.
Sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit demi sedikit apabila ada rangsangan dunia sekitarnya sebagai masukan atau input (yaitu apa yang dilihat anak, didengar, dan yang disentuh yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang mereka alami). Lama kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Setelah itu sistem bahasanya lengkap dengan perbendaharaan kata dan tata bahasanya pun terbentuk.
C. Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Pemerolehan bahasa kedua (PB2) mengacu kepada mengajar dan belajar bahasa asing dan bahasa kedua lainnya. Diantara sekian banyak faktor yang dapat kita temui di dalam kelas, yang dianggap sangat penting dan mendasar,yaitu : pertama,belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis; kedua, belajar bahasa adalah orang-orang dalam responsi. Dalam “belajar adalah orang” terkandung makna bahwa “hal itu merupakan proses sosial belajar yang utama”.Belajar,pemerolehan bahasa kedua,terjadi dalam hubungan antara sesame siswa itu sendiri “Interaksi dinamis” berarti bahwa orang-orang dilahirkan dan bertumbuh dalam bahasa asing.
Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Di dalam kelas ada saja buah yang dapat dianggap sangat penting dan mendasar dalam proses belajar bahasa, yaitu (1) belajar bahasa adalah orang, (2) belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis, dan (3) belajar bahasa adalah: orang-orang dalam responsi.
Pemerolehan bahasa bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya. Modifikasi-modifikasi ini merupakan pikiran untuk membantu proses pemerolehan tersebut.

D. Strategi dan Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama
Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa B1 dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya. B1 diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap ini sedikit banyaknya ada ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Prosesyang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa(fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi inidibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensimemerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.
Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitankalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati ataumempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkankemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana strategi si anak dalam memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama dalammemperoleh bahasa pertamanya?
Berkaitan dengan hal ini, Dardjowidjojo, (2005:) menyebutkan bahwa pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwaanak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yangsama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama,tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekalidengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapatkonsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini.
Sofa (2008) mengemukakan bahwa terdapat empat strategi pemerolehan bahasa pertama anak. Berikut ini diuraikan keempat strategi tersebut:
  1. Tirulah apa yang dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan anak terus,meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Ada berbagai ragam peniruan atau imitasi, yaitu imitasi spontan atau spontaneous imitation, imitasi pemerolehan atau elicited imitation, imitasi segera atau immediate imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan imitasi dengan perluasan atau imitationwith expansion.
  2. Strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkindengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh. Produktivitas adalahciri utama bahasa. Dengan satu kata seorang anak dapat “bercerita ataumengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna bergantung pada situasi dan intonasi.
  3. Berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan responsi.Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada pedoman: hasilkanlah ujarandan lihatlah bagaimana orang lain memberi responsi. Stategi produktif bersifat“sosial” dalam pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan interaksidengan orang lain dan sementara itu bersifat “kognitif” juga. Hal itu dapatmemberikan umpan balik kepada pelajar mengenai ekspresinya sendiri terhadapmakna dan juga memberinya sampel yang lebih banyak, yaitu sampel bahasauntuk digarap atau dikerjakan.
  4. Prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman: gunakan beberapa “prinsip operasi” umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa.Selain perintah terhadap diri sendiri oleh anak, prinsip operasi ini jugamenyarankan larangan yang dinyatakan dalam avoidance terms; misalnya:hindari kekecualian, hindari pengaturan kembali.uced imitation.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah dikatakan bahwa pemerolehan bahasa bukan hanya diperoleh secara otomatis, tetapi juga melajui beberapa strategi pemerolehan bahasa pertama anak. Selain itu, proses pemerolehan bahasa pertama juga bisa diketahui dengan melihat tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa pertama. Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa B1 dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Safriandi (2008) berikut ini, bahwa B1diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap ini sedikit banyaknyaada ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.

Lebih lanjut dikatakan bahwa tahap-tahap pemerolehan bahasa pada aspek tahapan linguistik yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
(1)   Tahap Pengocehan (babbling).Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celoteh merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mudan da. Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Mar’at (2005:43) menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan. . Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa tahap celoteh terjadi sekitar umur 6 bulan. Tidak hanya itu. ada juga sebagian ahli menyebutkan bahwa celoteh terjadi pada umur 8 sampai dengan 10 bulan. Perbedaan pendapat seperti ini dapat saja. Yang perlu diingat bahwa kemampuan anak berceloteh tergantung pada perkembangan neurologi seorang anak. Ciri lain dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, stuktur silabel K-V ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti:
K1 V1 K1 V1 K1 V1…papapa mamama bababa…

(2)   tahap satu kata (holofrastis).Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”.

(3)   Tahap dua kata satu frase. Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.

(4)   Ujaran Telegrafistahap menyerupai telegram (telegraphic speech Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa.).

BAB III
PENUTUP
.SIMPULAN
  1. Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi.
  2. Pemerolehan bahasa pertama adalah apabila seseorang memperoleh bahasa yang semula tanpa bahasa.
  3. Pemerolehan bahasa kedua (PB2) mengacu kepada mengajar dan belajar bahasa asing dan bahasa kedua lainnya. Maksudnya adalah pemerolehan bahasa selain dari bahasa ibunya.
4.      ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa(fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi inidibawa oleh setiap anak sejak lahir.Dan Performansiadalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitankalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati ataumempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkankemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri.
5.      terdapat empat strategi pemerolehan bahasa pertama anak. Yaitu; Tirulah apa yang dikatakan orang lain, Strategi produktivitas, Berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan response, Prinsip operasi.
6.      tahap-tahap pemerolehan bahasa pada aspek tahapan linguistik yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu : tahap pengocehan (babbling), tahap satu kata (holofrastis), tahapdua kata satu frase dan Ujaran Telegrafis.




Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono.Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa.
Bandung: Angkasa.

Belum ada Komentar untuk "Makalah Psikolinguistik Pemerolehan Bahasa Pertama dan Kedua"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel