PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DRAMA DETECTIVE CONAN SPESIAL 1

PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMADALAM DRAMA DETECTIVE CONAN SPESIAL 1

(Kajian Pragmatik Bahasa Jepang)



Abstract :
Language is a tool or a manifestation of human culture that is used to communicate with each other or connected, either through written, oral, or motion (sign language), with the aim point across the heart or the will to his interlocutors or others. Through language, humans can adapt to the customs, behavior, manners of society, and also easy to confound him with all forms of society.
Language has several functions that can be divided into common functions and special functions. The function of language in general is as a tool for expression, communication, and tools to make integration and social adaptation. While the function of language in particular is to make contact in daily life, embody the art (literature), studying ancient texts, and to exploit science and technology.
Keywords: principles of cooperation, violations of maxims of cooperation, adherence to maxims of cooperation.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masyarakat tutur merupakan masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi atau integrasi simbolis, dengan tetap menghormati kemampuan komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status penutur dan mitra tutur.
Strategi-strategi yang digunakan manusia dalam bertutur dirumuskan oleh Grice (1975) dalam prinsip-prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama mengacu pada kaidah bertutur yang berisikan sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. Prinsip kerja sama dirumuskan sebagai berikut: buatlah sumbangan informasi anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat bicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti. Terkadang di dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal sering terjadi pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Fenomena kebahasaan tersebut dapat dilihat pada dialog yang diambil dari cuplikan percakapan antara Minamida (Lk) yang merupakan awak kapal yang membawa para siswa SMA Teitan dengan Sonoko (Pr) yang merupakan salah satu siswa SMA Teitan. Dialog ini diambil dari drama Detektif Conan Spesial 1. Cuplikan percakapannya adalah sebagai berikut :
Sonoko : Minamida, kanojo ga arun desu ka ? (Minamida, sudah punya pacar)
Minamida : Gomen ne, Shigoto ga aru, kore ! (Maaf ya, lagi ada pekerjaan, ini)
Ujaran ini termasuk pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama karena jawaban si mitra tutur (Minamida) dalam menanggapi pertanyaan si penutur (Sonoko) tidak berterima dan sangat menyimpang dari tanggapan yang seharusnya. Pada dialog diatas telah melanggar dua buah maksim dalam prinsip kerja sama, antara lain maksim kualitas dan maksim hubungan. Melanggar maksim kualitas karena si mitra tutur (Minamida) dengan sengaja membuat pernyataan yang tujuannya tidak dapat diketahui langsung oleh si penutur. Sedangkan dikatakan melanggar maksim hubungan karena memunculkan makna tidak langsung yang dituturkan oleh si mitra tutur sehingga memberi kesan bahwa percakapan ini tidak relevan. Pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi pada percakapan ini dikategorikan jenis pengabaian, yaitu karena mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur. Namun disamping melanggar dua maksim tersebut, dialog ini dapat juga dikategorikan telah mematuhi dua maksim lainnya dalam prinsip kerja sama antara lain maksim cara dan maksim kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari ujaran yang diutarakan sangat jelas dan pernyataannya tidak terlalu panjang.
Jadi didalam penelitian ini akan membahas tentang tiga hal penting yang berhubungan dengan maksim-maksim dalam prinsip kerja sama antara lain alasan maksim dalam prinsip kerja sama itu dilanggar, jenis pelanggaran yang terdapat dalam dialog tersebut, dan jenis maksim yang dipatuhi dalam dialog tersebut. Ketiga pembahasan tersebut akan dirumuskan pada satu judul penelitian yaitu, “Penerapan Prinsip Kerja Sama Dalam Drama Detective Conan Spesial 1 (kajian pragmatik Bahasa Jepang)”.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa alasan maksim dalam prinsip kerja sama itu dilanggar ?
  2. Apa jenis pelanggaran yang terdapat dalam dialog tersebut ?
  3. Apa jenis maksim yang dipatuhi dalam dialog tersebut ?
1.3 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut, agar pembahasan yang dilakukan tidak terlalu meluas, penelitian ini akan memfokuskan pada analisis tentang prinsip-prinsip kerja sama dalam wacana dialog yang diambil dari percakapan antara Mouri Ran dengan Kudou Sinichi dalam drama “Detective Conan Spesial 1”.
Mouri Ran dan Kudou Sinichi adalah siswa-siswi SMA Teitan. Mereka telah berteman dari kecil. Karakter tokoh keduanya sangatlah menarik sehingga menjadi salah satu pertimbangan dipilihnya kedua tokoh tersebut untuk dianalisis selain bahwa kedua tokoh tersebut juga merupakan tokoh utama dalam drama tersebut.
1.4 Tujuan
  1. Mengetahui alasan maksim dalam prinsip kerja sama itu dilanggar.
  2. Mengetahui jenis pelanggaran yang terdapat dalam dialog tersebut.
  3. Mengetahui jenis maksim yang dipatuhi dalam dialog tersebut.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kerja sama yang dilanggar dan dipatuhi dalam sebuah dialog.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk mengenal lebih mendalam mengenai cara pengungkapan perasaan masyarakat jepang yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kerja sama dalam kepragmatikan yang diramu dalam keempat maksimnya.
2. TINJAUAN TEORI
2.1 Prinsip-prinsip Kerja Sama Menurut Para Ahli
2.1.1 Menurut Koizumitamotsu (小泉保)
Koizumitamotsu (小泉保) 1995. dalam bukunya yang berjudul “Gengokomunikeshon (言語コミュニケーション) : 139, menyebutkan tentang prinsip-prinsip kerja sama sebagai berikut :
推意の働きは、アメリカの哲学者H.P.グライス(Grice)が示した「協調の原則」とそこから引き出される4つの公理(maxim)によって確定されることになった。
1. 質の公理
2. 量の公理
3. 関係の公理
4. 様態の公理
“Cara kerja implikatur diambil dari prinsip-prinsip kerja sama yang diadaptasi dari empat maksim yang dikemukakan oleh filsuf dari Amerika yaitu H.P. Grice, sebagai berikut :
1. Maksim Kualitas
2. Maksim Kuantitas
3. Maksim Hubungan
4. Maksim Tindakan”
2.1.2 Menurut Grice
Prinsip kerja sama merupakan kaidah bertutur yang berisi sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. (Grice, 1975)
Grice merinci prinsip kerja sama dalam sebuah percakapan ke dalam empat sub-prinsip yang disebut maksim, sebagai berikut :
1. Maksim Kuantitas
a. Buatlah percakapan yang informatif seperti diminta (dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung).
b. Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta.
2. Maksim Kualitas
a. Cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar.
b. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.
c. Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai.
3. Maksim Hubungan/relevansi
4. Maksim Tindakan
a. Hindarkan ungkapan yang tidak jelas.
b. Hindarkan ketaksaan.
c. Buatlah dengan singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu).
d. Buatlah secara urut/teratur.
2.1.3 Menurut Levinson
Levinson (1983) menyatakan bahwa prinsip kerja sama dengan sejumlah maksimnya mengkhususkan pada hal yang dapat diperbuat oleh peserta tutur untuk bertutur dengan cara yang efisien, rasional, dan kooperatif. Ketika menyampaikan informasi, antara penutur dengan mitra tutur harus bertutur dengan halus, relevan, dan jelas. Prinsip kerja sama terdiri dari empat maksim/prinsip, antara lain :
1. Maksim kuantitas : berilah jumlah informasi yang tepat.
a. Buatlah sumbangan Anda seinformatif yang diperlukan.
b. Jangan membuat sumbangan Anda lebih informatif dari yang diperlukan.
2. Maksim kualitas : buatlah sumbangan atau kontribusi Anda sebagai sesuatu yang benar.
a. Jangan mengatakan apa yang Anda yakini salah.
b. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda tidak memiliki bukti.
3. Maksim hubungan : jagalah kerelevansian.
4. Maksim cara : tajamkanlah pikiran.
a. Hindari ungkapan yang membingungkan.
b. Hindari ambiguitas.
c. Bicaralah secara singkat.
d. Bicaralah secara teratur.
2.2 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama
Dalam sebuah interaksi, pelanggaran maksim-maksim dalam kerja sama sering terjadi. Pelanggaran tersebut dapat terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam petuturan. Grice (1975: 49) membedakan pelanggaran terhadap maksim-maksim kerja sama menjadi empat jenis antara lain :
1. Violasi : terjadi karena penutur tidak mampu menggunakan maksim tutur secara benar.
2. Pengabaian : terjadi karena penutur enggan bekerja sama dengan mitra tutur.
3. Perbenturan : terjadi jika penutur berhadapan dengan pilihan penggunaan maksim tutur yang saling bertentangan, misalnya maksim kuantitas dengan maksim kesantunan.
4. Permainan : terjadi jika penutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud agar tuturannya dipahami dengan baik.
3. Analisis Data
Dari penjabaran prinsip-prinsip kerja sama diatas, muncul beberapa wacana lisan berupa dialog (percakapan) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kerja sama. Hal itu dapat dilihat pada contoh dialog berikut ini :
1. Percakapan berlangsung di sekolah SMA Teitan antara Mouri Ran dan Kudou Shinichi. Mereka sedang bercakap-cakap mengenai persiapan untuk melakukan perjalanan sekolah.
Mouri Ran : Shinichi, itte tokoro ni aru ? (Shinichi, adakah tempat yang ingin dikunjungi)
Kudou Shinichi : Hora, jikan ga mudana. (tidak, buang-buang waktu saja)
Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran beberapa maksim kerja sama yaitu maksim hubungan, maksim cara, dan maksim kualitas. Pelanggaran maksim hubungan karena jawaban yang diutarakan oleh Shinichi tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ran. Pelanggaran pada maksim cara adalah dilihat dari pernyataan Shinichi yang bersifat ambigu dan membingungkan penutur dalam mengambil kesimpulan atas jawabannya. Sedangkan pelanggaran maksim kualitas dapat dilihat dari sudut pandang kebenaran yang bersifat tidak mutlak dan mengatakan hal yang tidak disertai bukti sehingga percakapan tidak dapat diterima. Pelanggaran beberapa maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis violasi, yaitu mitra tutur tidak mampu menggunakan maksim tutur secara benar. Namun selain melanggar, percakapan ini mematuhi satu buah maksim lainnya dalam prinsip-prinsip kerja sama yaitu maksim kuantitas, karena si mitra tutur memberikan jawaban yang singkat dan langsung mewakili perasaannya walaupun tidak seluruhnya pendapatnya itu dapat diterima.
2. Percakapan terjadi di kapal laut tempat siswa-siswi SMA Teitan melakukan perjalanan sekolah. Percakapan berlangsung antara Mouri Ran dengan Kudou Shinichi setelah mengunjungi kamar istirahat temannya yang sedang sakit. Sebelum percakapan ini berlangsung, Kudou Shinichi terjalin percakapan dengan temannya yang sedang sakit itu. Namun, ditampik oleh Kudou Shinichi ketika ditanya oleh Mouri Ran lewat percakapan berikut ini :
Mouri Ran : Nani wo hanashita no ? (bicara apa tadi ?)
Kudou Shinichi : Nani mo nai. Yatteru! (tidak ada apa-apa. Ayo pergi)
Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas karena Sinichi menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang atau sedang berbohong sehingga tuturan tidak berkualitas lagi. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis pengabaian, yakni mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur sehingga hal yang sebenarnya tidak diutarakan oleh mitra tutur secara jujur. Namun selain melanggar, percakapan ini mematuhi maksim-maksim lainnya dalam prinsip kerja sama, antara lain maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim hubungan. Mematuhi maksim kuantitas karena informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur alias tidak berbelit-belit. Mematuhi maksim cara karena jawaban si mitra tutur jelas dan tidak menimbulkan kesan ambiguitas. Sedangkan dikatakan mematuhi maksim hubungan adalah ketika bagian pertanyaan dari penutur sesuai dengan jawaban yang diutarakan oleh mitra tutur, yaitu sama-sama adanya kata “nani” (apa) .
3. Percakapan terjadi di depan loker sekolah SMA Teitan. Percakapan berlangsung ketika Kudou Shinichi meminta bantuan kepada Mouri Ran karena ia sedang ditimpa tumpukan kertas. Mouri Ran yang sedang marah karena dibuat kesal oleh Sinichi sehingga ia enggan membantu menyingkirkan tumpukan kertas yang sedang menimpa Sinichi.
Kudou Shinichi : Tatsukete mora na.. (tolong lah)
Mouri Ran : Jibun de kanarasu tatsukereba iin deshou. (seharusnya kamu menolong dirimu sendiri)
Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas karena Mouri Ran menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang dengan maksud agar Kudou Sinichi sadar bahwa ia telah membuat Mouri Ran marah. Hal itulah yang membuat tuturan tidak berkualitas lagi. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis pengabaian, yakni mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur sehingga hal yang sebenarnya tidak diutarakan oleh mitra tutur secara jujur. Namun selain melanggar, percakapan ini mematuhi maksim-maksim lainnya dalam prinsip kerja sama, antara lain maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim hubungan. Mematuhi maksim kuantitas karena informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur. Mematuhi maksim cara karena jawaban si mitra tutur jelas mengutarakan tuturan tersebut dan tidak menimbulkan kesan ambiguitas. Sedangkan dikatakan mematuhi maksim hubungan adalah ketika bagian pertanyaan dari penutur sesuai dengan jawaban yang diutarakan oleh mitra tutur, yaitu sama-sama adanya kata “tatsukeru” (tolong) .
4. Percakapan berlangsung di sekolah SMA Teitan. Saat itu Mouri Ran sedang berulang tahun. Serentak ketika bertemu dengan Kudou Shinichi, dia meminta hadiah jalan-jalan ke Tropical Land kepada Kudou Shinichi. Kudou Sinichi yang tampak “dingin” , tanpa menghiraukan perasaan Mouri Ran langsung menjawab sesuka hatinya.
Mouri Ran : Watashi wa Tropical Land ga ii ? (boleh ke Tropical land ?)
Kudou Shinichi : Ma..da..ko chi wo motsu (apa? Jangan bawa masa kanak-kanak mu lah)
Dari percakapan ini dapat dilihat telah melanggar seluruh maksim dalam prinsip kerja sama. Melanggar maksim kuantitas karena tidak memberikan informasi yang tepat sesuai permintaan penutur. Melanggar maksim kualitas karena mengatakan hal-hal yang belum tentu kebenarannya tanpa disertai bukti-bukti. Melanggar maksim hubungan karena mitra tutur memberikan pernyataan yang tidak relevan. Serta melanggar maksim cara karena menimbulkan kebingungan kepada penutur karena memberikan jawaban yang tidak sesuai dan tanpa disertai penjelasan yang dapat diterima oleh penutur. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis perbenturan, yakni penggunaan maksim tutur yang saling bertentangan.
5. Percakapan berlangsung didepan bus yang akan mengantar siswa-siswi SMA Teitan untuk melakukan perjalanan sekolah. Situasi percakapan berlangsung ketika Mouri Ran kaget melihat kedatangan Kudou Shinichi secara tiba-tiba karena merujuk pada pertemuan sebelumnya Kudou Shinichi sempat menolak untuk ikut serta dalam perjalanan sekolah ini.
Mouri Ran : Nani wo konai itte kuse ? (apa ini? Kamu bilang kamu tidak akan datang)
Kudou Shinichi : Ki ga kawattan dayou. (saya merubah pikiran saya)
Dari percakapan ini dapat dilihat telah melanggar maksim hubungan dalam prinsip kerja sama. Melanggar maksim hubungan karena mitra tutur memberikan pernyataan yang tidak relevan dan tidak sesuai kaidah dalam bertutur. Pelanggaran maksim ini dapat dikategorikan ke dalam jenis permainan, yakni mitra tutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud agar tuturannya dipahami dengan baik. Tetapi dibalik semua itu, tuturan ini sangat singkat, mudah dimengerti, dan tidak menimbulkan kesan ambigu sehingga mematuhi maksim lainnya dalam prinsip kerja sama yakni maksim cara, kuantitas, dan kualitas.
Simpulan
  1. Alasan Maksim Dalam Prinsip Kerja Sama Itu Dilanggar
Pelanggaran maksim-maksim kerja sama dilakukan karena beberapa hal diklasifikasikan berdasarkan maksimnya, antara lain :
a. Maksim Kuantitas
i. Tidak memberikan informasi yang tepat sesuai permintaan penutur.
b. Maksim Kualitas
i. Dapat dilihat dari sudut pandang kebenaran yang bersifat tidak mutlak dan mengatakan hal yang tidak disertai bukti sehingga percakapan tidak dapat diterima.
ii. Menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang atau sedang berbohong sehingga tuturan tidak berkualitas lagi
iii. Menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan dengan maksud tertentu.
c. Maksim Hubungan
i. Mitra tutur memberikan pernyataan yang tidak relevan dan tidak sesuai kaidah dalam bertutur
d. Maksim Cara
i. Mengutarakan pernyataan yang bersifat ambigu dan membingungkan penutur dalam mengambil kesimpulan atas jawabannya.
ii. Menimbulkan kebingungan kepada penutur karena memberikan jawaban yang tidak sesuai dan tanpa disertai penjelasan yang dapat diterima oleh penutur.
  1. Jenis Pelanggaran Yang Terdapat Dalam Dialog Tersebut
    1. Jenis violasi, yaitu mitra tutur tidak mampu menggunakan maksim tutur secara benar
    2. Jenis pengabaian, yakni mitra tutur enggan bekerja sama dengan penutur sehingga hal yang sebenarnya tidak diutarakan oleh mitra tutur secara jujur
    3. Jenis perbenturan, yakni penggunaan maksim tutur yang saling bertentangan
    4. Jenis permainan, yakni mitra tutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud agar tuturannya dipahami dengan baik
  1. Jenis Maksim Yang Dipatuhi Dalam Dialog Tersebut
    1. Maksim Kuantitas
i. Mitra tutur memberikan jawaban yang singkat dan langsung mewakili perasaannya walaupun tidak seluruhnya pendapatnya itu dapat diterima.
ii. Informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur alias tidak berbelit-belit.
iii. Informasi yang diutarakan tepat untuk menolak kerja sama dengan penutur.
iv. Tuturan ini sangat singkat.
    1. Maksim Kualitas
i. Mudah dimengerti.
    1. Maksim Hubungan
i. Ketika bagian pertanyaan dari penutur sesuai dengan jawaban yang diutarakan oleh mitra tutur.
    1. Maksim Cara
i. Jawaban si mitra tutur jelas dan tidak menimbulkan kesan ambiguitas.
DAFTAR PUSTAKA
GRICE, H.P. 1975. Logic and Conversation, dalam Cole dan Morgan, op. cit., hlm. 41-58
STEPHEN C. LEVINSON. 1983. Pragmatics. Cambridge University Press.

Belum ada Komentar untuk "PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DRAMA DETECTIVE CONAN SPESIAL 1"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel