Kohesi dan Koherensi
Kohesi dalam istilah IPA diartikan tarik-menarik antarmolekul yang sejenis, misalnya molekul air dengan molekul air. Di dalam paragraf, kohesi merupakan tarik-menarik antar- unsur paragraf, yakni kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat, bahkan paragraf dengan paragraf. Jika tarik-menarik antarunsur ini mampu menjalin hubungan yang serasi, kompak, dan menimbulkan pengertian yang baik, maka muncullah koherensi paragraf. Dengan kata lain koherensi adalah keserasian dan kekompakan yang tercipta oleh adanya kohesi dalam paragraf.
Ada beberapa penanda kohesi yang sering digunakan dalam paragraf, yaitu :
1. Pengulangan Unsur yang Sama
Untuk menandai pertalian antarkalimat dalam satu paragraf sering kita temukan kata atau frase yang ditulis berulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Pengulangan ini menandai hubungan yang kohesif antarunsur-unsur tersebuyt. Istilah lain dari pengulangan unsur adalah paralelisme.
Contoh : Terumbu karang di beberapa wilayah mengalami kerusakan. Padahal terumbu karang merupakan tempat kehidupan biota laut yang penting. Karena ulah beberapa nelayan yang menangkap ikan dengan bahan peledak kelangsungan hidup terumbu karang tersebut terancam. Bahkan di beberapa wilayah perairan di Indonesia, kerusakan terumbu karang tersebut sudah mencapai titik kritis.
2. Penggunaan Kata Ganti atau Ponomina
Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antarkalimat dalam paragraf atau wacana. Termasuk di dalamnya kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata yang digantikan mendahui kata ganti disebut hubungan anaforis, dan jika kata ganti mendahului kata yang digantikan disebut hubungan kataforis.
Contoh :
a. Titik membeli mobil baru. Ia mengendarainya untuk berwisata ke Bali.
b. Dengan mobil barunya itu Titik berwisata ke Bali.
c. Boyke akan menjemput Tria. Ia sudah berpakaian rapi.
Pemakaian ia pada kalimat pertama merupakan penanda kohesi anaforis karena mengacu pada kata Titik sebagai anteseden yang mendahuluinya. Sedangkan –nya pada contoh kedua merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh ketiga tidak hohesif karena kata ganti ia membingungkan pembaca, siapa yang sudah berpakaian rapi. Boyke atau Tria?
3. Penggunaan Penanda Koreferensi
Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang diacunya. Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pare referen yang sama atau menunjuk pada sesuatu yang sama.
Contoh : Pagi-pagi Pak Hamid telah berangkat ke sawah. Petani yang rajin itu memikul bajak seraya menggiring dua ekor lembu.
Kedua kalimat itu koheren dan kohesif karena Pak Hamid dan petani mengacu kepada referen yang sama.
4. Persesuaian Alami
Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan persesuaian alami. Walaupun kedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu kumpulan yang sama.
Contoh : Ayah mempunyai kuda sumbawa yang bagus. Paman memiliki dua ekor.
5. Hubungan Metafora
Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam paragraf mempunyai bentuk dan arti yang berbeda tetapi ada semacam pertalian makna kias dan makna lugas.
Contoh : Tidak mengherankan jika Erna sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dulu ibunya memang bunga desa yang menjadi incaran para pemuda.
6. Penggunaan Konjungsi
Konjungsi merupakan penanda kohesi yang paling produktif digunakan penulis untuk menjalin hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk, antarkalimat dalam paragraf, dan antarparagraf dalam wacana yang lengkap. Ada bermacam-macam hubungan yang dinyatakan dengan konjungsi sebagai penanda kohesi, antara lain :
a. Hubungan sebab akibat atau akibat sebab yang ditandai dengan konjungsi sebab, sebab itu, karena, karena itu, oleh karena itu, maka, maka itu.
Contoh : Kita perlu biaya banya untuk menanggulangi bencana tersebut. Oleh karena itu, kita harus bergotong royong.
b. Hubungan pertentangan, ditandai dengan konjungsi tetapi, namun.
Contoh : Harga beras sudah murah tetapi persediaan di pasar masih kurang.
c. Hubungan pengutamaan, dinyatakan dengan konjungsi malahan, bahkan.
Contoh : Mereka sangat apresiatif terhadap pertunjukan itu, bahkan banyak yang memberikan sumbangan spontan untuk kelangsungan kesenian tersebut.
d. Hubungan perkecualian, dinyatakan dengan konjungsi kecuali.
Contoh : Semua siswa mengikuti gerak jalan masal itu kecuali beberapa yang sedang menderita sakit.
e. Hubungan konsesif, ditandai dengan konjungsi walaupun, meskipun, biarpun, dsb.
Contoh : Walaupun ia anak orang kaya, ia tetap berpenampilan sederhana.
f. Hubungan tujuan, dinyatakan dengan konjungsi agar, supaya.
Contoh : Setiap anak perlu membaca karya sastra supaya jiwanya tidak kering.
Ada beberapa penanda kohesi yang sering digunakan dalam paragraf, yaitu :
1. Pengulangan Unsur yang Sama
Untuk menandai pertalian antarkalimat dalam satu paragraf sering kita temukan kata atau frase yang ditulis berulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Pengulangan ini menandai hubungan yang kohesif antarunsur-unsur tersebuyt. Istilah lain dari pengulangan unsur adalah paralelisme.
Contoh : Terumbu karang di beberapa wilayah mengalami kerusakan. Padahal terumbu karang merupakan tempat kehidupan biota laut yang penting. Karena ulah beberapa nelayan yang menangkap ikan dengan bahan peledak kelangsungan hidup terumbu karang tersebut terancam. Bahkan di beberapa wilayah perairan di Indonesia, kerusakan terumbu karang tersebut sudah mencapai titik kritis.
2. Penggunaan Kata Ganti atau Ponomina
Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antarkalimat dalam paragraf atau wacana. Termasuk di dalamnya kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata yang digantikan mendahui kata ganti disebut hubungan anaforis, dan jika kata ganti mendahului kata yang digantikan disebut hubungan kataforis.
Contoh :
a. Titik membeli mobil baru. Ia mengendarainya untuk berwisata ke Bali.
b. Dengan mobil barunya itu Titik berwisata ke Bali.
c. Boyke akan menjemput Tria. Ia sudah berpakaian rapi.
Pemakaian ia pada kalimat pertama merupakan penanda kohesi anaforis karena mengacu pada kata Titik sebagai anteseden yang mendahuluinya. Sedangkan –nya pada contoh kedua merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh ketiga tidak hohesif karena kata ganti ia membingungkan pembaca, siapa yang sudah berpakaian rapi. Boyke atau Tria?
3. Penggunaan Penanda Koreferensi
Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang diacunya. Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pare referen yang sama atau menunjuk pada sesuatu yang sama.
Contoh : Pagi-pagi Pak Hamid telah berangkat ke sawah. Petani yang rajin itu memikul bajak seraya menggiring dua ekor lembu.
Kedua kalimat itu koheren dan kohesif karena Pak Hamid dan petani mengacu kepada referen yang sama.
4. Persesuaian Alami
Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan persesuaian alami. Walaupun kedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu kumpulan yang sama.
Contoh : Ayah mempunyai kuda sumbawa yang bagus. Paman memiliki dua ekor.
5. Hubungan Metafora
Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam paragraf mempunyai bentuk dan arti yang berbeda tetapi ada semacam pertalian makna kias dan makna lugas.
Contoh : Tidak mengherankan jika Erna sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dulu ibunya memang bunga desa yang menjadi incaran para pemuda.
6. Penggunaan Konjungsi
Konjungsi merupakan penanda kohesi yang paling produktif digunakan penulis untuk menjalin hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk, antarkalimat dalam paragraf, dan antarparagraf dalam wacana yang lengkap. Ada bermacam-macam hubungan yang dinyatakan dengan konjungsi sebagai penanda kohesi, antara lain :
a. Hubungan sebab akibat atau akibat sebab yang ditandai dengan konjungsi sebab, sebab itu, karena, karena itu, oleh karena itu, maka, maka itu.
Contoh : Kita perlu biaya banya untuk menanggulangi bencana tersebut. Oleh karena itu, kita harus bergotong royong.
b. Hubungan pertentangan, ditandai dengan konjungsi tetapi, namun.
Contoh : Harga beras sudah murah tetapi persediaan di pasar masih kurang.
c. Hubungan pengutamaan, dinyatakan dengan konjungsi malahan, bahkan.
Contoh : Mereka sangat apresiatif terhadap pertunjukan itu, bahkan banyak yang memberikan sumbangan spontan untuk kelangsungan kesenian tersebut.
d. Hubungan perkecualian, dinyatakan dengan konjungsi kecuali.
Contoh : Semua siswa mengikuti gerak jalan masal itu kecuali beberapa yang sedang menderita sakit.
e. Hubungan konsesif, ditandai dengan konjungsi walaupun, meskipun, biarpun, dsb.
Contoh : Walaupun ia anak orang kaya, ia tetap berpenampilan sederhana.
f. Hubungan tujuan, dinyatakan dengan konjungsi agar, supaya.
Contoh : Setiap anak perlu membaca karya sastra supaya jiwanya tidak kering.
Belum ada Komentar untuk "Kohesi dan Koherensi"
Posting Komentar