Analisis Maksim Kerja Sama Grice Dalam Cerpen “Ibu Pergi Ke Laut” Karya Puthut EA
Pendahuluan
Latar belakang masalah
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan berkomunikasi. Artinya dengan bahasa manusia dapat menyampaikan atau menerima pesan berita, informasi, dari atau kepada orang lain. Bahasa juga memungkinkan manusia untuk belajar, karena ilmu atau tingkat pengetahuan seseorang berbeda-beda. Artinya setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan dalam segala hal. Dari kekurangan tersebutlah maka manusia berusaha menutupi kekurangannya dengan cara belajar kepada orang lain yang lebih pandai. Bahasa juga digunakan manusia untuk brtukar pengalaman dengan sesamannya karena setiap manusia pasti mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa betapa pentingnya bahasa sebagai sarana komunikasi dan juga sarana berfikir, terutama dalam hal bertukar ilmu pengetahuan dan pengalaman. Untuk mempermudah komunikasi maka dibutuhkan pengetahuan tentang bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan ilmu yang mempelajari tentang pemakaian bahasa dalam konteks situasi tutur adalah pragmatik. Pragmatic sesungguhnya mengkaji maksud penutur dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Dapat dikatakan juga ilmu ini sejajar dengan semantik hanya saja jika semantic mengkaji makna satuan lingual secara internal sedangkan pragmatik mengkaji secara eksternal (terikat konteks).
Dengan menggunakan ilmu pragmatik ini penulis mencoba mengkaji maksud tuturan yang terjadi dalam sebuah teks berupa cerpen, terbitan kompas tahun 2005 karya Puthut E.A yang berjudul “Ibu pergi ke laut”
Deskripsi Teori
Seperti yang sudah disebutkan di atas pragmatik adalah ilmu yang mengkaji maksud tuturan dalam sebuah konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Menurut Jacob L. Mey dalam Rahardi (2003:15) pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemaiakian atau penggunaan bahasa, yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakanginya.
Menurut Parker dalam Rahardi (2003:14) pragmatik adalah cabang ilmu bagsa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Maksudnya semua studi tentang pragmatic harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut.
Karena cakupan pembahasan pragmatik cukup luas maka penulis memfokuskan pada salah satu pembahsan dalam pragmatik yaitu maksim-maksim kerja sama Grice. Maksim-maksim ini menjelaskan bahwa agar proses interaksi dan komunikasi antara si penurtur dan mitra tutur dapat berjalan lancar, maka masing-masing harus dapat bekerjasama secara baik dan optimal. Prinsip kerja sama Grice seluruhnya meliputi empat macam maksim yaitu sebagai berikut.
1. Maksim Kuantitas
Menurut Rahardi (2003:27) dalam maksim kuantitas dijelaskan bawha seorang penutur diharapkan dapat memberikan pesan atau informasi yang sungguh-sungguh memadai, disrasa cukup, dan dipandang seinformatif mungkin kepada si mitra tutur. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa informasi atau pesan yang diberikan oleh penutur atau mitra tutur tidak boleh berlebihan dan harus sesuai dengan apa yang ditanyakan atau dibutuhkan mitra tutur. Bagian bagian yang sama sekali tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan bagi mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam prinsip kerja sama Grice.
2. Maksim Kualitas
Maksim kualitas adalah msksim yang menjelaskan bahwa peserta tuturan harus memberikan informasi yang sesuai dengan fakta. Dengan menerapkan maksim kulitas dalam prinsip kerjasama Grice seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya dalam aktifitas bertutur sapa, Rahardi (2003:31). Tuturan yang tidak didasrkan pada kenyataan dan tidak ada dukungan data yang jelas, konkrit, dan serta tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka dianggap melanggar maksim kualitas.
3. Maksim Relevansi
Dalam maksim relevansi jelas dikatakan bahwa agar dapat terjalin kerjasama yang benar-benar baik antara penutuir dan mitra tutur masing-masing hendaklah memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan, Rahardi (2003:31). Sebuah tuturan dapat dikatakan melaksanakan maksim relevansi apabila tuturan dengan respons yang diberikan sesuai.
4. Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan dalam prinsip kerja sama Grice mengharuskanagar setiap peserta pertuturan selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas dan isi pesan tidak boleh ambigu atau kabur isinya,Rahardi (2003:31).
Pembahasan
Dalam cerpen ini ada beberapa percakapan yang terjadi antara seorang ayah dengan anaknya. Penulis mencoba menganalisis maksim-maksim kerjasama grice dalam percakapan tersebut, diawali dengan percakapan pada awal cerita.
1) “Waktu aku tanya kenapa ibu tidak pulang, ayah menjawab, ibu mungkin tidak pulang.Tentu saja kemudian aku bertanya apakah ibu tidak kangen padaku? Dan ayah menjawab, tentu saja ibu kangen dan tetap sayang padaku.”
Dalam kutipan di atas tuturan disampaikan oleh seorang anak (tokoh aku dalam cerpen) yang menanyakan tentang ibunya kepada ayahnya. Tuturan ini muncul ketika anak tersebut merasa rindu terhadap ibunya yang telah lama pergi dan tak kunjung pulang. Tuturan dalam kutipan di atas sudah merupakan bentuk kebahasaan yang jelas dan sangat informatif isinya. Dapat dikatakan pertuturan tersebut termasuk kedalam maksim kualitas karena menyatakan informasi sesuai dengan fakta dan juga termasuk kedalam maksim kuantitas karena penutur dan mitra tutur memberikan informasi yang memadai sesuai apa yang dibutuhkan.
2) “Aku bertanya dari mana air sebanyak itu? Nenek bilang air itu datang dari laut. Lalu aku teringat ibu.”
Dalam kutipan di atas tuturan disampaikan oleh tokoh aku dalam cerpen kepada neneknya ketika sedang menonton tayangan televisi, yang menanyakan tentang berita di dalamnya. Tuturan di atas sudah merupakan bentuk kebahasaan yang jelas dan berterima. Tuturan di atas telah melaksanakan maksim kualitas karena menyatakan informasi sesuai dengan fakta dan juga termasuk kedalam maksim kuantitas karena penutur dan mitra tutur memberikan informasi yang memadai sesuai apa yang dibutuhkan. Tuturan itu juga sudah menjalankn maksim relevansi karena informasi yang diujarkan sesai dengan yang ditanyakan.
3) Ibu tahu aku lebih senang air daripada udara. Aku lebih senang ikan daripada burung Dulu ibu sempat bertanya mengapa? Aku menjawab, habis enak kalau main air. Dan ikan-ikan itu terlihat lebih segar dibanding burung. Lagi pula, bukankah burung bisa terjatuh ketika terbang. Sedangkan ikan tidak mungkin jatuh. Aku pernah beberapa kali jatuh. Dan jatuh itu sakit.
Dalam kutipan di atas tuturan disampaikan oleh tokoh ibu kapada tokoh aku dalam cerpen. Pertuturan tersebut dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas karena mitra tutur memberka informasi yang diberikan terlalu panjang dan berlebihan sehingga tidak menjadi tuturan yang efisien dan efektif. Namun tuturan tersebut sudah melaksanakan maksim kualitas karena menyatakan informasi yang sebenarnya dan sesuai dengan fakta sehingga memungkinkan terjadinya kerjasama antara penutur dan mitra tutur.
4) Aku pernah bertanya pada ayah, apakah di laut ibu menjadi ikan? Ayah bilang tidak.Ibu tetap menjadi ibu. Tapi berenang terus dan hidup di air bukankah akan membuat ibu capek? Ayah bilang tidak sebab ibu orang hebat.
Tuturan di atas disampaiakn oleh seorang anak kepada ayahnya. dalam tuturan di atas dapat dikatakan melanggar maksim kualitas karena jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan namun tuturan di atas telah menjalankan maksim kuantitas dan maksim relavansi sehingga terjadi komunikasi yang baik.
5) Kemudian ia bertanya, di mana sekarang ibuku berada? Aku bilang ibu ada di laut.Tuturan di atas disampaikan oleh tokoh Mbak Memi kepada tokoh aku. dalam tuturan di atas dapat dikatakan melanggar maksim kualitas karena jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan karena seseorang tidak mungkin dapat hidup di dalam laut. namun tuturan di atas telah menjalankan maksim kuantitas dan maksim relavansi sehingga terjadi komunikasi yang baik.
6) “Dinda, siapa nama lengkap ibumu?”
Lalu aku minta kepada Mbak Memi agar aku saja yang menulis nama lengkap ibuku. Tuturan di atas disampaikan oleh tokoh Mbak Memi kepada tokoh Aku dalam cerpen. Tuturan di atas dapat dikatakan melanggar maksim relevansi karena jawaban tidak memberikan jawaban hanya berupa tindakan yang tidaksesuai dengan apa yang diharapkan.
7) Mbak Memi kemudian membungkus lagi amplop itu dengan sebuah plastik bening. Ia bilang supaya tidak basah. Aku bertanya, kenapa takut basah? Bukankah akan diantar Pak Pos? Mbak Memi menggelengkan kepala. Ia bilang tidak mungkin lewat Pak Pos.Aku kembali merasa sedih. Lalu lewat siapa? Mbak Memi menjawab lewat kapal-kapalan. Lewat kapal-kapalan? Kenapa begitu? Mbak Memi lalu menjelaskan. Menurut gurunya, semua sungai itu mengalir ke laut.
Tuturan dalam kutipan di atas dilakukan oleh Mak Memi dan tokoh Aku , Tuturan dalam kutipan di atas sudah merupakan bentuk kebahasaan yang jelas dan sangat informatif isinya. Dapat dikatakan pertuturan tersebut termasuk kedalam maksim kualitas karena menyatakan informasi sesuai dengan fakta. Namun dikatakan melanggar maksim kuantitas karena mitra tutur memberka informasi yang diberikan terlalu panjang dan berlebihan sehingga tidak menjadi tuturan yang efisien dan efektif.
8) “Doanya apa ya, Mbak?”
“Kamu bisa Al Fatihah?”
Tuturan di atas disampaikan ketika tokoh aku dan Mbak Memi ingin melepas kapal-kapalan yang di buatnya ke dalam sungai. Tuturan di atas dikatakan melanggar maksim kualitas dan maksim relevansi karena pertanyaan mitra tutur tidak dijawan sesuai dengan pertanyaannya tetapi mitra tutur malah yang balik bertanya kepada penutur.
9) Mbak, sebelum iyyakana’budu, apa ya?”
“Malikiyaumiddin, Dinda….”
10) “Mbak, kalau ibu membalas suratku lewat apa?”
Mbak Memi diam. Kemudian ia menjawab, “Lewat hujan, Dinda.”
11) “Kenapa lewat hujan?”
“Kata bu guru, hujan itu berasal dari air yang menguap. Air di laut, di danau, di sungai menguap karena panas matahari. Uap itu lalu berkumpul menjadi awan, dan kemudian turun menjadi hujan.”
12) Dinda mau makan ikan apa?”
Aku menggelengkan kepala. Ayah heran, kemudian ia bertanya, “Kenapa, Dinda?”
“Kasihan ibu kalau ikan-ikan diambil terus. Nanti ibu kehilangan banyak teman di laut.”
Pada tuturan 9) di atas dikatakan telah melaksanakan maksim kuantitas dan kualitas, karena nformasi tuturan yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan tidak berlebihan. Sedangkan pada tuturan 10) dikatakan melanggar maksim kualitas karena informasi yang diberikan tidak sesuai dengan fakta yang ada dan tidak dapat dipertanggungjawabkan; pada tuturan 11) dikatakan melanggar maksim kuantitas karena mitra tutur memberkan informasi yang diberikan terlalu panjang dan berlebihan sehingga tidak menjadi tuturan yang efisien dan efektif sehingga membingungkan. Dalam tuturan 12) di atas dikatakan melaksanakan maksim relevasni namun melanggar maskim kualitas
Kesimpulan
Dalam cerpen puthut EA yang berjudul “Ibu Pergi ke Laut” dalam ujaran atau tuturan tokoh didalamnya hampir seluruhnya telah menggunakan maksim-maksim kerja sama Grice sihingga tuturan dapat dipahami oleh mitra tutur. Namun masih ada beberapa tuturan yang melanggar terutama melanggar maksim kuantitas karena informasi yang diberikan terlalu banyak dan berlebihan misalnya pada tuturan 3), 7) dan 11).
Pustaka acuan
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan Dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma.
WWW. kumpulancerpenkompas.wordpress.com
Belum ada Komentar untuk "Analisis Maksim Kerja Sama Grice Dalam Cerpen “Ibu Pergi Ke Laut” Karya Puthut EA"
Posting Komentar